Menyambung cerita dari sini, tentang peran baru saya sebagai staff (lagi) setelah lamaaa tidak bekerja – walau sudah basi dibicarakan, tapi saya tetap mau sedikit curcol di sini.
Bermula dari teman seangkatan saya yang hobi banget mengeluh tentang gaji (C)PNS dan – sudah pasti, selalu saya debat balik (hahaha), saya jadi ingin komen tentang pekerjaan (C)PNS. Saya besar di keluar hampir semua PNS. Orang tua, ua, bibi, paman, bude, pade. Tapi mereka jauh dari cerita PNS yang saya dengar tentang mereka yang malas. Sejak SD, si sayah sering banget ditinggal ayah keluar pulau dan ibu yang kemudian ketika saya masuk SMA baru berganti peran menjadi ibu yang sangat sibuk – walau tentu tetap menyiapkan bekal sekolah dan memeriksa PR saya minimal sekali seminggu, hehe. Until now!
Saya agak bingung aja kenapa PNS disebut pemalas dan nggak jelas. Sampai kemudian saya ikut nyemplung ke kolam bernama PNS. Jauh di luar apa kata orang, kerjaan saya sebagai (C)PNS luarbiasa padat. Memang belum bisa 100% menjadi fungsional yang baik di lab. Di awal tahun pertama saya, saya banyak mendapat pengetahuan, manajerial, komunikasi, dan networking.
Ex-Kabid saya yang luar biasa keren mencemplungkan saya pada banyak kegiatan di luar lab. Seperti mempersiapkan seminar dan menjalin networking. Di awal 10 bulan saya bekerja, saya sudah punya banyk link dari makan malam di undangan-undangan dari Kedubes Perancis danΒ rumah Dubes Perancis berkat menjadi orang ketiga – eh ini maksudnya bukan “orang ketiga” ya. Tapi kalau nggak ada Ibu Ketua dan Wakil ketua, saya yang didelegasikan berangkat – kayak gitulaaah. Bahkan nge-skype sama Prof. Richard Gere dari Perancis sana. What an experience.
Saya juga suka diajak Bu Ex-Kabid ke undangan makan malam di Kedubes USA. Itu dua negara tersebut tadi, Perancis dan USA tidak pernah ada di benak saya sama sekali untuk dijadikan destiny sekolah. Tapi malah peluang terbuka dari tempat yang nggak disangka-sangka – walau belum saya manfaatkan euy peluangnya.
Selain itu juga saya sibuk – atau ikutan sibuk, di kegiatan per-Jepangan. Memang kalau per-Jepangan ini sudah menjadi makanan favorit dari SMA. Tujuan sekolah banget. Walau sekarang niatan itu berangsur-angsur pudar karena mainstream pisan di sini yang alumni sana. EH, tapi rezeki mah bisa dari pintu mana saja yang tidak terduga-duga! Catet!
Dan berakhir dengan saya ikutan berangkat ke konferensi di Jepang sana sama Pak Kabid dan Pak Direktur.
Sebagai fungsional Perekayasa – beda dari Peneliti ini (katanyaaa …), saya tiap hari juga harus belajar kayak mahasiswa Tugas Akhir. Ya studi literatur, klabing – ke lab maksudnya, dapet data, analisis, nulis laporan, etc sampai jadi sebuah tulisan penelitian eh perekayasaan.
Memang banyak kegiatan penelitian yang lamaaa sekali dan tersendat masalah dana dan dana dan dana, as what we know from Government Research Institute. Tapi di situ juga kita harus pintar cari kegiatan. Saya gak munafik, kadang kalau kerjaan sedang nggak ada saya akan buka word dan mulai ngetik cerita atau browsing hal lain. Buuuttt … selama otak ini terus dimanfaatkan untuk hal yang sudah kita tujukan di awal, maka nggak ada itu harusnya cuap-cuap syalala tentang PNS itu nggak ada kerjaan. Hellooo.
Saya juga sampai harus nitip Rafa ke suami tuh kalau harus dinas. Jadi itu mitos, lah kalau PNS itu disamaratakan pemalas dan nggak jelas.
Dan efek dari mitos itu, gaji (C)PNS yang PGPS-nya hanya 1,7 juta pun, juga jadi bahan keluhan banyak orang. Apalagi yang pada sebelumnya di swasta atau O&G (emang gue belum pernah kerja di O&G – heu, pernah ngalamin, tapi ini bukan tentang uang terus, dong!). Plus orang-orang yang ngeluh, HP-nya ganti melulu dan suka boros. Hadeuh. Yah, duit mah nggak pernah cukup. Harus kembali lagi ke mindset diri sendiri.
Kok jadi ngalor ngidul gini tulisan …
Yah, intinya, kamu mau PNS, swasta, wiraswata; gaji besar, sedang, kecil; semua kembali ke mindset dan kekreatifan akal kamu untuk memanfaatkan apa yang sudah Allah kasih. Kalau sedang nggak sibuk, coba browsing beasiswa, kalau lagi sibuk, coba bersyukur dan dikerjakan bukan ditunda-tunda. Kalau baru gajian, coba dialokasikan yang baik. Kalau uang sudah mau habis, coba berhemat. Semua kembali ke mindset di otak.
Dan terakhir – menutup Refleksi 2014 yang udah lumutan – saya mau bilang: jadi PNS itu bukan nggak jelas. Itu adalah salah satu cara menjemput rezeki dari Allah yang harus kamu syukuri dan manfaatkan sehingga bisa bermanfaat bagi banyak orang, Merdeka.