Archive for September 19, 2017

MAU

ODOP 1

MUKADIMAH

Insya Allah minggu ini akan mulai ikut grup yang selama ini selalu membuat saya bertanya-tanya, “Apa, sih, ODOP itu? Kok, banyak yang posting dengan hastag ODOP?” Alhamdulillah rasa penasaran itu hilang setelah akhirnya ikut Kulwap Teh Elma dan Teh Shanty.

Ternyata minggu ini sudah memasuki setoran #ODOPfor99days Minggu ke-38. Sudah lebih dari setengah jumlah minggu dalam setahun. Untuk saya, bulan ini adalah menuju setengah tahunnya kami sekeluarga berada di lingkungan baru. Setelah memutuskan untuk sama-sama berhijrah sekolah lagi ke sini, kami memulai banyak masa adaptasi yang Alhamdulillah luar biasa.

Untuk saat ini, mungkin saya hanya akan “menulis” satu tulisan dalam waktu seminggu karena ada deadline Seminar tanggal 22 September depan. Jadi seminggu ini, waktu menulis saya akan saya luangkan untuk “menulis” yang lain dulu.

ISI

Akhir September ini, akan tepat 6 bulan kami berempat berada di sini. Qadarullah, kami sekeluarga mendapat kesempatan untuk tinggal di kota Sendai, Jepang. Saya mulai kuliah sejak April lalu, sedangkan suami mulai kuliah Oktober ini. Anak-anak pun, sama halnya dengan keseharian di Indonesia, mengisi aktivitasnya di daycare atau hoikuen setiap hari Senin-Jumat.

Mungkin sekarang sudah banyak yang berkesempatan sekolah atau tinggal di luar negeri (untuk menemani pasangan). Jadi ceritanya sudah biasa bagi beberapa orang. Dan biasanya yang di Jepang akan bilang bahwa di Jepang “enak” dan “harus bisa mandiri” jika dibandingkan dengan di Indonesia karena “semua mengurus sendiri” dan anak-anak bisa mandiri karena sudah sekolah sejak kecil.

Hmmm …

Di sini saya kadang ingin berkomentar. Bahwa sebenarnya hal di atas bisa dilakukan pula di Indonesia jika ada kemauan keras. Ya, MAU! Saya ingat salah satu pelajaran dari Matrikulasi IIP adalah bukan bisa atau tidak bisa, tapi MAU atau tidak MAU. Seperti halnya di Jepang (dan negara lain), situasi di mana harus bisa mandiri dan semua mengurus sendiri juga dapat dilakukan di Indonesia. Banyak teman-teman dan juga saya melakukan hal tersebut. Yaitu tidak memiliki Asisten Rumah Tangga (ART) atau dibantu pihak keluarga besar.

Tunggu dulu! Ini bukan sombong atau apa, tapi karena kebutuhan psikologis yang membuat kami sekeluarga memilih untuk seperti ini. Setelah tiga tahun di rumah bersama Rafa, akhirnya saya memutuskan untuk kembali bekerja dengan syarat yang saya buat sendiri, yakni adanya supporting system yang kece. Qadarullah, di kompleks kantor saya ada daycare juga dan selama 3 tahun terakhir kemarin, sebelum pindah ke sini, Rafa beraktivitas di sana; bersama adiknya kemudian yang berbeda hampir 5 tahun darinya.

Ketika interview beasiswa LPDP lalu, ketiga juri bertanya tentang bagaimana kamu bisa hidup di negara asing tanpa bantuan keluarga besar dan pembantu? Demikian kira-kira pertanyaannya. Saya jawab bahwa selama ini saya tidak pernah hidup dengan keadaan seperti itu. Sehingga saya yakin bahwa kami juga akan bisa bertahan hidup berempat seperti biasanya.

2015-02-12 17.13.38

[Mandiri mencuci milik sendiri, Serpong, 2014]

Lalu tentang mandiri. Menurut saya hal itu tidak hanya bisa diperoleh di negara maju. Kita bisa mulai dari diri kita sendiri. Jangan menyalahkan negara. Tapi MAU mulai dari diri sendiri, dari keluarga kita sendiri. Memang berat jika lingkungan tidak mendukung. Tapi yakinlah bahwa kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dengan tidak harus ke luar negeri dulu, dong!

Rempong? Pasti. Sebelum berangkat ke kantor dan pulang kantor masih harus berjibaku dengan urusan rumah tangga. Tapi suami dan saya berkomitmen untuk melakukannya bersama-sama. Apakah selalu terlaksana dengan baik semuanya? Tentu tidak! Pasti ada kekurangannya. Malah banyak. Seperti tumpukan baju yang beres dicuci itu, hahaha. Tapiii, Alhamdulillah dengan kemauan untuk melakukan semua bersama, membuat kami bahagia.

Saya yakin setiap orang punya cara masing-masing. Tapi tidak dengan menyalahkan kondisi dan membandingkan. Sesungguhnya ke-“enak”-an (bukan keenakan, ya!) alias kebahagiaan itu diciptakan oleh kita sendiri.

Selamat MAU menjalani hari dengan bahagia!

Leave a Comment