Posts Tagged #MembawaKeluargaKeJepang

(Anakku) Sekolah di Jepang (1)

Kali ini, saya ingin berbagi mengenai sekolah di Jepang usia SD 🙂

Tidak perlu daftar sekolah!

Sekolah di sini maksudnya adalah sekolah dasar alias SD. Karena TK di sini adalah swasta, maka statusnya tidak wajib. Dan TK tidak mengenal sistem zonasi. Untuk mendaftar TK sendiri, pendaftaran dibuka tanggal 1 Oktober dan pengembalian formulir biasanya 1 bulan setelahnya. Lengkapnya akan dibahas kemudian.

Kok, tidak perlu daftar sekolah?
Yup, karena semua sistem sudah terintegrasi, tidak ada seorang anak pun yang tidak memperoleh haknya untuk tidak sekolah.

Nah, jika datang di bulan April atau Oktober dan saat itu sudah masuk usia SD (6 tahun per 1 April), maka dilakukan prosedur yang sama seperti tulisan di sini, yaitu lapor diri ke kantor kecamatan dan dinas pendidikan. Namun jika di Jepang sudah lebih awal dan baru saja akan masuk usia SD, maka di sekitar bulan Oktober-November akan mendapat surat pemberitahuan bahwa anak kita masuk ke SD di zona tertentu. Di bulan berikutnya, akan mendapat panggilan lagi untuk tes kesehatan dan penjelasan lainnya di bulan Februari.

Tes kesehatan meliputi mengisi dokumen kesehatan anak (riwayat imunisasi, alergi, dan hal lain yang perlu diketahui sekolah), tes mata, tes pendengaran dan beberapa hal yang saya coba ingat-ingat kemudian.

Jadi tidak perlu takut anak tidak bisa sekolah. Malah diundang buat sekolah, lho!

Pulang sekolah, anakku harus ke mana?

IMG_4058

Salah satu dilema teman-teman yang belum mau membawa anaknya ke sini adalah sebuah pertanyaan, “Pulang sekolah, anakku gimana?”. Saya justru pertama tau dari teman-teman di Daycare Puspiptek dulu bahwa di Jepang ada semacam tempat penitipan khusus anak SD.

Jadi setelah mendapat panggilan sekolah, bulan Desember adalah bulan pendaftaran Jidoukan. Apa itu Jidoukan? Ini after school club-nya anak SD. Biasanya letaknya pas di sebelah SD-nya, atau di lingkungan perumahan.

Di SD Kunimi, Sendai, tempat anak-anak sekolah, ada 3 pilihan tempat mereka pulang setelah sekolah. 1. Kunimi Jidoukan, 2. Kaigamori Jidoukan, dan 3. Cocoro. No 1 dan 2 milik pemerintah. Jadi syaratnya sekali lagi untuk fasilitas milik pemerintah adalah sama seperti daftar Hoikuen, yakni kedua orang tua harus bekerja.

Bagaimana cara daftarnya?

Sebenarnya waktu pendaftaran adalah setiap bulan Desember. Namun ada kalanya di tengah jalan ada yang membutuhkan dan kebetulan ada yang pindah (di Jepang, sering sekali orang dipindahkan lokasi kerjanya, jadi sering sekali teman sekolah anak pindahan juga). Nah, pertama, telepon atau datanglah ke Jidoukan yang diinginkan untuk membuat janji. Jika ada tempat kosong, mereka akan menginformasikan kapan bisa mengambil formulir dan diterangkan bagaimana cara mengisinya.

Ada 3 bundle dokumen yang harus diisi. Bundle pertama adalah yang di-submit ke bank buat daftar autodebet biaya Jidoukan. Ke-2 adalah yang di-submit ke Jidoukan. Isinya banyak ada 5 kira-kira. Tentang data orang tua, anak, kesehatan anak, questioner, dan surat persetujuan. Dan yang ke-3 adalah permohonan keringanan biaya baik biaya Jidoukan maupun biaya ekstensi waktu untuk di-submit ke Dinas Pendidikan.

Jika semua persyaratan telah terpenuhi, maka pihak Jidoukan selanjutnya akan mengirimkan surat pemberitahuan penerimaan. Di surat juga terdapat beberapa isian dan apa saja yang harus dibawa saat briefing.

Baru saja Jumat, 13 September lalu menjadi translator untuk orang tua dan kedua teman baru Rafa yang akan masuk Kunimi Jidoukan. Kami di-briefing peraturan apa saja yang harus ditaati, baik saat musim sekolah dan liburan, jam pulang sendiri dan dijemput, makanan apa saja yang boleh, buku penghubung (Renrakucho) dan lain sebagainya.

Lengkapnya menyusul 🙂

 

 

Comments (1)

Registrasi Kedatangan Keluarga (Anak) di Jepang

Lokasi: Aoba-ku, Sendai-shi, Miyagi-ken, Jepang 🙂
Mungkin yang lokasinya berbeda, kurang lebih syaratnya sama. Semoga bermanfaat 🙂

Setelah tahun lalu membantu teman-teman yang istri dan anaknya pada nyusul, alhamdulillah semester kemarin, saya diamanahi untuk menjadi tutor. Setelah tahun pertama saya di sini dibantu teman, tahun kedua mulai gantian membantu, saya pikir, bagusnya semua didokumentasikan agar dapat dimanfaatkan dikemudian hari dan berharap bisa ditulis dalam bahasa Inggris suatu saat nanti. Tulisan kali ini adalah mengenai mendaftarkan keluarga yang baru datang melalui sistem COE atau Certificate of Elgibility – dan tentunya berlaku untuk yang datang langsung dengan keluarga seperti tulisan saya di sini.

Lapor diri

Ketika keluarga akhirnya tiba, sebaiknya keesokan harinya langsung lapor diri untuk registrasi. Terutama hal ini penting untuk memperoleh asuransi kesehatan! Anak-anak di bawah 6 tahun dapat memperoleh gratis berobat, sedangkan anak-anak pada usia sekolah (usia 6 tahun per 1 April) hanya bayar 500 Yen, serta dapat mengajukan children allowance. Dan bagi pasangan tentunya penting karena biaya berobat tanpa asuransi kesehatan itu luar biasa MAHAL! Jika ada, hanya 30% saja. Selain itu, penting untuk mendaftarkan sekolah bagi anak-anak, baik yang usia SD maupun yang lebih kecil.

Kebetulan kedua teman saya punya anak usia sekolah SD dan usia di bawah 6 tahun, yang artinya harus daftar tempat penitipan anak (Hoikuen).

Berikut tahapan-tahapannya:

1. Persiapkan dokumen berikut (sejak dari Indonesia)

  1. Bukti hubungan dengan suami/istri dan anak. Translate buku nikah, akte lahir dan kartu keluarga ke dalam Bahasa Jepang.
  2. Bawa rekam jejak imunisasi/ vaksinasi anak yang sudah dirapikan dalam satu dokumen dan ditandatangani dokter.
  3. Passport yang bersangkutan
  4. Residence card (Zairyuu ka-do) yang bersangkutan yang diperoleh di bandara (atau dikirim ke rumah, jika tidak turun di bandara besar seperti di Sendai). Jika datang dengan visa turis, proses berganti jenis visa bisa dilihat di sini.
  5. Buku rekening tabungan (bisa JP atau 77)
  6. Dokumen gaji selama setahun di Indonesia berupa surat keterangan bekerja yang menyertakan jumlah gaji pertahun dan lampiran gaji bulanan selama setahun.

2. Datang ke Kuyakusho sesuai alamat domisili. Kami berangkat pagi-pagi ke Aoba-kuyakusho. Pertama, datanglah ke loket untuk Non-Japanese. Di sana sebenarnya sudah ada contoh dalam Bahasa Inggris jadi tidak begitu sulit. Ada 3 dokumen yang harus diisi yaitu:

  1. Dokumen registrasi penambahan anggota keluarga (rangkap 3),
  2. Dokumen permohonan dibuatkan asuransi kesehatan pemerintah (Hokensho)
  3. Dokumen permohonan dibuatkan surat keterangan tempat tinggal (Juuminhyou)

 

3. Setelah diisi semua, (biasanya sudah ada petugas yang membantu), ambil antrian untuk memperoleh nomor urut. Ketika dipanggil, sang peregistrasi akan diminta menunjukkan: zairyuu card, hokensho, dan my number (kartu pajak). Dan tentunya beserta kelengkapan di atas.

4. Pembuatan hokensho dan juminhyo untuk anggota keluarga kita akan memakan waktu kira-kira 1-2 jam, tergantung jumlah orang yang diregistrasikan. Oleh karena itu, sambil menunggu nomor pengambilan di lantai 1 loket 5 nanti, maka kita bisa melakukan hal yang lain. Karena yang diregistrasikan adalah anak-anak, maka akan diperoleh surat pengantar untuk mengurus hal-hal sebagai berikut:

  1. Lantai 6 loket 1 : jika peregistrasi sudah tinggal setahun sebelumnya, dapat mengurus surat tax exemption (hikazei shoumeisho) di sini. Surat ini dapat digunakan untuk mengajukan keringan biaya-biaya (yang akan dijelaskan kemudian), salah satunya syarat memperoleh children allowance, keringanan: biaya sekolah, biaya hoikuen, biaya jidoukan, biaya air, dan lain sebagainya.
  2. Lantai 5 loket 3 : mengganti status hokensho kita yang asalnya single menjadi keluarga. Nanti akan dikirimkan segepok asuransi kesehatan yang harus dibayarkan setiap bulannya dalam 10 bulan. Dengan ini, apabila kita sakit, cukup membayar 30% dari biaya sebenarnya.
  3. Lantai 3 loket 4 (paling ujung) : mengurus permohonan children allowance. Ada kurang lebih 3 halaman dokumen dan surat pernyataan yang harus diisi menyatakan jumlah pemasukan yang bisa ditunjukan dengan hikazei shoumeisho dari lantai 6 tadi atau jika belum tinggal setahun, menggunakan dokumen gaji. Jika memenuhi persyaratan, maka anak usia 0-3 tahun akan memperoleh 15,000 Yen setiap bulan, sedangkan di atas 3 tahun memperoleh 10.000 Yen (hingga usia SMP). Jumlah uang ini akan diakumulasikan dalam 4 bulan. Sehingga akan diperoleh 3x dalam setahun ke dalam rekening yang kita daftarkan.
  4. Lantai 3 loket 2 : mengurus buku ibu dan anak (boshitechou). Bagi yang memiliki anak di bawah 6 tahun, maka diwajibkan memiliki buku ini. Di sini kita akan ditanya vaksinasi apa saja yang sudah diperoleh di negara asal (dengan menunjukan dokumen rekam imunisasi). Kemudian mereka akan memberikan kupon vaksinasi gratis dari jenis vaksinasi yang belum diperoleh. Mereka juga akan menjelaskan bahwa pada usia 6 bulan, 1.5, 2.5, 3.5 tahun akan dilaksanakan pemeriksaan kesehatan anak.
  5. Lantai 3 loket 1:
    Nah, ini loket paling lama, hihihi. Untuk mengurus hoikuen.
    Sebelumnya saya jelaskan bahwa usia kelas itu dihitung per 1 April. Jadi kalau anaknya lahir 2 April, maka dia terhitung masih 0 tahun, ketika yang lahir 1 April 1 tahun, hehe.
    Kelas dibagi usia 2 bulan – 12 bulan, 13 bulan – 2 tahun, 2-3, 3-4, 4-5, dan 5-6. Jadi ada 6 kelas terpisah.
    Berbeda dengan yang ingin mendaftarkan anaknya ke TK (Youchien) tidak perlu ke sini karena bersifat swasta sehingga langsung daftar ke sekolah, bukan ke Kuyakusho.

    Di sini kita akan mendapatkan penjelasan mengenai 4 jenis tempat penitipan anak yang dikelola oleh pemerintah, yang seperti disebut-sebut di atas sebagai Hoikuen. 1). Hoikuen besar yang isinya usia 0-6, 2). Hoikuen kecil yang isinya usia 0-3 tahun (jadi nanti saat 4 tahun harus pindah), 3). Hoikuen yang bekerja sama dengan yoichien (usia 4-6) dan 4). Mama hoikuen di mana seorang mama bersertifikasi memang maksimal 5 anak. 

    Selain itu, mereka akan menjelaskan banyak dokumen yang harus diisi dan dilampirkan dengan bukti. Syarat utama yang wajib diketahui adalah: anak yang didaftarkan di hoikuen, kedua orang tuanya harus bekerja/ bersekolah, dibuktikan dengan certificate enrollment alias gakusei shoumeisho. Detail dokumen bisa ditanyakan langsung pada saya. Isiannya seputar pertanyaan tentang anak dan orang tua.Pendaftaran tanggal 1-15 adalah untuk tanggal 1 bulan berikutnya. Dan 16-31 adalah untuk tanggal 16 bulan berikutnya. Sistemnya adalah memilih mau daftar ke mana (tidak zonasi) sesuai yang dimau, mengurutkan pilihan ke mana saja sebanyak-banyaknya (saya dulu 12, karena daftar bulan Juli/ Agustus bukan pada bulan April) dan waiting list jika penuh.

    Jika butuh sekali, ada tempat penitipan anak harian namun swasta. Harus daftar langsung ke sana.

    Bagaimana biayanya?
    Biaya disesuaikan dengan jumlah pemasukan. Pada umumnya mahasiswa dengan sumber beasiswa akan membayar 0 Yen. Detailnya akan saya bahas terpisah.

Untuk Anak Usia SD

Selesai ke semua loket di atas, eits, tunggu dulu! Jika punya anak usia SD (1 SD adalah anak usia 6 tahun per 1 April), mari kita ke gedung Dinas Pendididkan alias Gakujika di sebelah Aoba Kuyakusho. Jangan lupa nengok layar panggil di depan lantai 1 loket 5 jika hokensho dan juminhyou sudah bisa diambil. Jika sudah, untuk juminhyou dikenakan biaya 300 Yen per permintaan. Kok, perpermintaan? Jadi baik minta keterangan tempat tinggal buat diri sendiri maupun dengan anggota keluarganya, misal 4 orang, bayarnya sama 300 Yen.

Sekarang ke Gakujika. Di sini kita pergi ke lantai 11. Ruangannya pas yang depan lift. Di sini, kita cukup mendaftarkan alamat rumah kita di mana dan anak kita usia berapa. Nah, karena sekolah sudah merata, maka sistem zonasi di sini sudah diterapkan. Jadi kita nggak bisa pilih-pilih sekolah. Beberapa hari sebelumnya, saya menceritakan kedatangan calon murid baru ke sekolah, sehingga ketika staf di sini bertanya, kita bisa menyampaikan bahwa sudah memberi informasi ke sekolah. Setelahnya, kita akan dibekali surat penerimaan sekolah (shugaku tsuchisho) dari Gakujika dan di sekolah mana kita ditempatkan, serta tanggal berapa pertama kali masuk.

Demikian tulisan lapor diri bagi anak-anak kita. Insya Allah perihal terkait tulisan ini akan menyambung di kemudian hari. Semoga tulisan ini bermanfaat. Jika ada pertanyaan, bisa langsung menguhubungi saya 🙂

Comments (2)

Berangkat Bersama Keluarga ke Jepang

Kamu seorang ibu dengan dua anak atau lebih? Masih ingin melanjutkan sekolah? Kamu pasti bisa!

Ketika selesai wawancara LPDP akhir tahun 2015 lalu, rasanya saya berjanji pada rekan saya untuk menuliskan bagaimana ujian saat itu. Tapi saya bilang, saya akan menuangkannya dalam tulisan jika saya sudah lulus tes beasiswa. Tapi setelah lulus juga tidak sempat karena (sok) sibuk dengan rumah, kantor, Persiapan Keberangkatan, kehamilan, kelahiran, hingga akhirnya sekarang setelah 2 bulan ada di sini. Baiklah, mari kita coba share pengalaman saya itu.

Kenapa Jepang?

Ketika mendaftar LPDP, pilihan saya adalah Jerman. Alasannya banyak: 1. Suami saya sudah pernah diterima di Bonn, 2. Biaya hidup murah (berdasakan hasil diskusi dengan banyak orang), 3. Bisa membawa keluarga langsung tanpa deposit, 4. Secara tidak sadar, mengingatkan saya akan cita-cita sejak SMP karena punya penfriend di sana, 5. Biaya hidup di sana murah dan bisa bawa keluarga langsung. Itu.

Kenapa sih keukeuh harus bawa keluarga langsung? Karena saya ibu dari dua orang anak. Dan saat pengumuman seleksi LPDP, saya sedang hamil. Artinya ketika saya sekolah, anak ke-2 saya baru lahir. Sesuai komitmen awal kami untuk memberikan ASI selama 2 tahun, maka saya juga ingin berusaha yang terbaik bagi anak ke-2 kami.

Lalu apa yang terjadi? Selain saya gagal seleksi DAAD, professor saya di TUM pindah ke Umea, Swedia. Berdasarkan berbagai alasan tentang standar minimum pendapatan yang harus diterima mahasiswa PhD di Swedia, maka akhirnya saya mundur. FYI: ke Swedia juga bisa berangkat langsung bersama keluarga tanpa deposito – teman satu PK saya langsung berangkat bersama suami dan anaknya.

Terus kenapa Jepang?

Mungkin takdir, hahaha. Well, kalau ditilik-tilik, perjalanan ke sana alhamdulillah dimudahkan sekali. Dengar-dengar dari para alumni sebelumnya pun, membawa keluarga ke sana sini lebih dimudahkan daripada misal ke UK (di mana kamu harus punya deposito – yang saat itu masih lebih mahal dari rumah saya, huhu) atau Belanda (yang visa MVV-nya juga mencapai angka X00 juta), atau negara-negara lain yang mensyaratkan harus tinggal dulu baru bisa mengundang keluarga. Situasi tersebut bagi saya tidak mungkin. Jauh dari anak-anak dan masalah biaya adalah hal penting.

Jadi bagaimana supaya kamu bisa berangkat bersama ke sini?

Ada 3 cara.
1. Keluarga menyusul (yang ini buat saya mustahil),
2. Minta tolong dibuatkan Certificate of Eligibility (COE) oleh kampus (yang ini mulanya ditawarkan oleh Sensei, tapi kata kantor imigrasi, lebih baik keluarga student jadi dependent student itu sendiri). Mohon JANGAN maksa sama Sensei untuk ini karena akan merusak nama baik diri sendiri dan negara,
3. Berangkat bersama dengan keluarga menggunakan visa turis 3 bulan, lalu change visa status di sini.

Akhirnya, kami berangkat bersama dengan suami dan anak-anak memakai visa turis 3 bulan. Bagaimana caranya? Berikut langkah-langkahnya 🙂

Membuat visa
Syaratnya apa saja bagi keluarga? Bisa dibaca di sini. Kurang lebih seperti ini:

  1. Paspor.
  2. Formulir permohonan visa. [download (PDF)] dan Pasfoto terbaru (ukuran 4,5 X 4,5 cm, diambil 6 bulan terakhir dan tanpa latar, bukan hasil editing, dan jelas/tidak buram)
  3. Foto kopi KTP (Surat Keterangan Domisili) – kecuali anak-anak
  4. Fotokopi Kartu Mahasiswa atau Surat Keterangan Belajar (hanya bila masih mahasiswa) – tidak perlu
  5. Bukti pemesanan tiket (dokumen yang dapat membuktikan tanggal masuk-keluar Jepang) – saya menggunakan booking tiket, sayang kalau hangus  😀
  6. Jadwal Perjalanan [ download (DOC)] (semua kegiatan sejak masuk hingga keluar Jepang) – yang cukup diisikan selama 3 bulan di lokasi tempat tinggal yang sama seperti kita (lampirkan bukti tempat tinggal juga)
  7. Fotokopi dokumen yang bisa menunjukkan hubungan dengan pemohon, seperti kartu keluarga, akta lahir, dlsb. (Bila pemohon lebih dari satu)
  8. Dokumen yang berkenaan dengan biaya perjalanan: – karena saya penerima beasiswa, saya melampirkan Letter of Guarantee dan Letter of Scholarship.
    * Fotokopi bukti keuangan, seperti rekening Koran atau buku tabungan 3 bulan terakhir (bila penanggung jawab biaya bukan pemohon seperti ayah/ibu, maka harus melampirkan dokumen yang dapat membuktikan hubungan dengan penanggung jawab biaya).
  9. Tambahan dari saya: sebenarnya ini jadi seperti mengundang keluarga tapi berangkat bersama, lampirkan juga Surat Jaminan [ download (PDF) ] bagi setiap orang. Saya juga melampirkan Letter of Acceptance (LOA) & COE saya dan surat dari Sensei bahwa mengizinkan membawa keluarga.
  10. Pengajuan bisa dilakukan bersamaan atau diri sendiri dulu kemudian keluarga. Saya melakukannya bersamaan.

Alhamdulillah dalam waktu tepat 4 hari, saya, kami memperoleh visa kami. Saya dengan lama tinggal sesuai COE, sedangkan keluarga sesuai dengan pengajuan maksimal selama 3 bulan. Dan karena ke Tohoku, maka biaya visa gratis! (Ayo, ke Tohoku! *promosi 🙂 ).

Kemudian, setelah tiba di Jepang, jika masuk melalui bandara besar, maka akan langsung mendapatkan KTP (Zairyu Card). Untuk kasus saya, karena turun di Sendai, maka pembuatan KTP ini diajukan di kantor kecamatan dan kartunya akan dikirim ke tempat tinggal. Begitu dapat, langsung ke kantor imigrasi sesuai lokasi dan ajukan COE untuk keluarga.

Mengajukan COE (dengan posisi dependent sudah di Jepang)
Syaratnya? Ada di sini. Kurang lebih seperti ini:

  1. Formulir Aplikasi 1 berkas, download disini
  2. Foto 3cm X 4cm 1 buah
    1. Foto berwarna dengan latar belakang putih
    2. Foto harus 3 bulan terakhir – saran: bawalah foto berbagai ukuran dari Indonesia, soalnya di sini mahal, hehe.
    3. Tidak boleh pakai penutup wajah/kepala/topi, tapi klo kerudung jelas boleh
    4. Proporsi foto sebaiknya diperhatikan baik baik, jangan terlalu kecil wajahnya, harus jelas, dll. Aturan resmi proporsi tidak ada untuk CoE, tapi untuk visa ada banyak contohnya di sini
  3. A return mail envelope with affixed stamp 392 yen. Amplop untuk pengiriman CoE yang udah selesai/approved ke alamat tempat kita tinggal. Alamatnya kita tulis sendiri, perangko juga tempel sendiri. Ukuran amplop bebas, bisa tanya ke kantor pos setempat. Untuk perangko, harga di atas untuk 1 orang, jadi kemarin karena 3 orang untuk suami dan anak-anak, maka tambah 10 yen. Bisa langsung ditanyakan di tempat kok harganya.
  4. The supporting documents shown on the table. Jadi dokumen tambahan yang diperlukan bergantung jenis CoE yang kita Apply. Untuk Dependent, dokumen tambahan yang diperlukan adalah:
    1. Documents certifying the personal relationship between the person concerned and the person who is to support him or her. – Di sini saya melampirkan translasi/ translate-an dari Buku Nikah dan Akte Lahir anak-anak. Dalam bahasa Jepang. Tidak harus ke penerjemah tersumpah, bisa kepada teman yang orang Jepang.
    2. Copies of the registration certificate or the passport of the person who is to support the person concerned. Saya membawa Juminhyo alias surat keterangan tempat tinggal yang bisa diperoleh di kantor kecamatan setempat, si Zaryu Card, dan letter of enrollment dari kampus. Dan tentunya kopi passport.
    3. Documents certifying the profession and the income of the person who is to support the person concerned. Disini saya siapin surat keterangan pelajar dari kampus, dan LOG & LOS dari LPDP.
  5. Letter of Guarantee. Formulir bahwa kita akan jadi penjamin istri/anak kita. Download di sini. Sama dengan dokumen surat jaminan point 9 di atas.
  6. Semua dokumen yang dikirimkan, tidak akan dikembalikan. Jadi setelah memperlihatkan semua yang asli, jangan lupa dibawa pulang, ya 🙂

Nah, semua dokumen itu dijadikan satu bundle. Formulir COE untuk suami dan anak-anak beserta dokumen lainnya masing-masing 1 saja. Setelah diserahkan, duduk manislah di rumah.

Waktu itu saya sebagai emak yang khawatiran sampai bertanya kepada petugas. Biasanya berapa lama selesai COE keluarga? Satu bulan. Kalau lebih dari itu bagaimana? Jangan khawatir, pasti bisa. Soalnya anak saya masih menyusui. Jangan khawatir. Kalau perpanjang visa 3 bulan lagi bisa, Pak? Tidak perlu, pasti selesai.

Dan qodarullah! 2 minggu saja jadi! Segera setelah menerima COE keluarga, kami kembali ke kantor imigrasi. Oiya, pas apply COE, keluarga tidak ikut tidak apa-apa. Tapi pas change visa status, harus datang. Cukup bawa diri, si COE, passport, dan foto dari Indonesia itu! Karena kemarin suami lupa bawa hasil afdruk foto, jadilah terpaksa mengeluarkan kocek di photo booth. Kalau tidak salah setelah 1 jam selesai, kami dipanggil dan Zaryu Card suami dan anak-anak sudah jadi! Alhamdulillah. Dan period of validity di kartu alhamdulillah sama.

Sejak akhir April itu, kami sudah tenang di sini. Tidak khawatir lagi masalah visa. Alhamdulillah juga mendapat kemudahan lainnya. Mengenai social benefit, jika sudah melakukan pengajuan ke kantor kecamatan, kita akan dapat banyak manfaat baik untuk sekolah dan kesehatan anak-anak.

2017-06-07_13.35.51

Well, di situlah saya bersyukur. Dari sekian banyak negara – terutama Eropa, yang ingin saya tuju sebagai tempat kuliah, ternyata ke sini mendapat banyak kemudahan bagi keluarga. Mungkin kalau saya keukeuh ke Eropa, lain ceritanya. Allah Maha Tahu yang terbaik bagi kami.

Semoga teman-teman yang lain juga tetap semangat sekolah dengan tetap menjaga keluarga. Jadi ingat kata Institut Ibu Profesional. Membangun peradaban dari dalam rumah. Ganbarimashou!

Sendai, 11 Ramadhan, 7 Juni 2017 – di sela-sela tugas kuliah.

Comments (10)